• SMAN 1 KAPUAS MURUNG
  • Where Tomorrow's Leaders Come Together

Belajar Etika dari Kearifan Lokal

Media sosial saat ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan remaja. Setiap hari, kita menggunakan media sosial untuk berkomunikasi, berbagi informasi, atau mengekspresikan pendapat. Namun, di balik manfaatnya, media sosial juga menyimpan tantangan besar, seperti maraknya ujaran kebencian, hoaks, dan perundungan daring. Karena itu, penting bagi generasi muda untuk memahami etika bermedia sosial agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Nilai-nilai etika ini sebenarnya sudah lama diajarkan oleh leluhur kita melalui kearifan lokal, salah satunya dalam hukum adat Dayak yang menjunjung tinggi sopan santun dan tanggung jawab dalam bertindak. 

Banyak permasalahan di dunia maya muncul karena kurangnya kesadaran dalam menggunakan media sosial. Sebagian orang merasa bebas menulis apa pun tanpa memikirkan dampaknya. Padahal, sekali sebuah komentar kasar atau informasi palsu disebarkan, efeknya bisa menyakiti orang lain dan merusak hubungan sosial.

Dalam budaya Dayak, setiap kata dan tindakan memiliki konsekuensi moral. Prinsip “Belom Bahadat” yang berarti hidup dengan adat dan adab yang mengajarkan bahwa manusia harus menjaga tutur kata, sopan santun, serta menghormati sesama. Jika seseorang melanggar norma adat, seperti menghina, memfitnah, atau mempermalukan orang lain, maka ia dapat dikenai sanksi adat melalui kedamangan, yaitu lembaga yang menegakkan hukum adat Dayak. Sanksinya bisa berupa permintaan maaf, denda, atau kerja sosial untuk memulihkan keharmonisan masyarakat.

Nilai-nilai ini sangat relevan dengan kehidupan digital masa kini. Remaja bisa belajar untuk berhati-hati sebelum mengunggah atau berkomentar, memastikan kebenaran informasi, serta menghormati perbedaan pendapat. Dengan begitu, media sosial dapat menjadi ruang yang aman, positif, dan bermanfaat bagi semua.

Etika dalam bermedia sosial sebenarnya tidak berbeda jauh dengan etika hidup dalam masyarakat. Hukum adat Dayak mengingatkan bahwa kebebasan selalu disertai tanggung jawab. Apa yang kita ucapkan, baik secara langsung maupun di dunia maya, mencerminkan kepribadian dan nilai yang kita anut.

Belajar dari kearifan lokal seperti Belom Bahadat, remaja dapat menjadi pengguna media sosial yang beradab yang berpikir sebelum berbicara, bijak sebelum membagikan sesuatu, dan menghargai orang lain tanpa harus menjatuhkan. Dengan menanamkan nilai-nilai budaya lokal ke dalam dunia digital, kita tidak hanya menjaga harmoni sosial, tetapi juga melestarikan warisan moral yang telah diwariskan oleh leluhur kita.

Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut

Kelas XI A - Kelompok 4

Muhammad Arif Rahman

Sarifah

Ismi Habibah

Siti Maimunah

Muhammad Hadi

 

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Pembelajaran di SMA NEGERI 1 Kapuas Murung Kini Lebih Menarik dan Interaktif Berkat TV Interaktif dari Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah

Pembelajaran di SMA NEGERI 1 Kapuas Murung Kini Lebih Menarik dan Interaktif Berkat TV Interaktif dari Dinas Pendidikan Provinsi Kalteng Proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Kapuas Mur

18/08/2025 14:06 - Oleh Administrator - Dilihat 190 kali